Kamis, 08 Mei 2014

Perkembangan Senjata Serbu Bawah Air (SSBA)



Perkembangan teknologi mengakibatkan berlanjutnya perubahan dimensi suatu konsepsi pertempuran, baik ditinjau dari segi sasaran, ruang maupun waktu. Kemajuan teknologi yang berkembang meskipun memiliki keuntungan-keuntungan teknis, namun tidaklah dengan sendirinya dapat menjamin keberhasilan dalam melaksanakan tugas operasi tanpa suatu latihan secara berkesinambungan.
Untuk meningkatkan kemampuan personil dalam menguasai medan pertempuran bawah air, prajurit Komando Pasukan Katak (Kopaska)Detasemen Jala Mangkara (Denjaka)Pasukan Intai Amphibi (Taifib) TNI AL serta pasukan khusus dilingkup TNI AD dan TNI AU yang bergerak sebagai penyelam (combat diver) membutuhkan kelengkapan Senjata  Serbu Bawah Air (SSBA).

Kopaska dengan APS
Salah satu peperangan bawah air yang perlu diwaspadai yaitu; ancaman penyelam tempur  (combat diver) pihak lawan berupa infiltrasi ancaman sabotase yang sangat potensial bagi kapal-kapal perang maupun personil, yang sulit terdeteksi sehingga dapat mengakibatkan tekanan psikologis. Sehubungan dengan hal tersebut untuk menghindari bahaya sabotase, pihak Labinbair melaksanakan kegiatan penelitian pembuatan SSBA, sebagai wujud kepedulian serta pembekalan kelengkapan senjata Kopaska. TNI AL bekerjasama dengan PT Pindad  (Persero) sesuai bidang dan tugas yang diembannya berperan mengembangkan senjata sehingga tidak terjadi ketergantungan pihak luar sejak beberapa tahun lalu.
APS Russian
Avtomat Podvodnyj Spetsialnyj (APS) Russia
Pembuatan senjata perorangan bawah air dengan mereverse engineering senjata bawah air jenis APS.  APS merupakan singkatan dari Avtomat Podvodnyj Spetsialnyj(Bahasa Rusia) = Special Underwater Assault Rifle. Senjata ini digunakan untuk menembak musuh dalam ancaman infiltrasi, sabotase dan pengamanan tiap personil pasukan penyelam (combat diver)  serta pembelaan diri melawan binatang buas. Prototype SSBA telah disempurnakan dan mempunyai banyak persamaan dengan senjata Senapan Serbu buatan PT. Pindad jenis varian satu (SS1) maupun varian dua (SS2) dengan model kombinasi.
Part SSBA
Persyaratan Produk Senjata.
Persyaratan produk dari SSBA dibuat berdasarkan dari hasil kajian operational requerement (Opsreq)  dari senjata tersebut.  Persyaratan produk SSBA meliputi:
  • Senjata tahan terhadap air laut
  • Bisa berfungsi di darat maupun di dalam air
  • Aman dan mudah dioperasikan
  • Mudah dalam perawatan
Desain
Desain SSBA
Data spesifikasi akan dikombinasikan dengan spesifikasi teknis digunakan untuk penentuan pembuatan prototype SSBA, sehingga dapat ditentukan spesifikasi teknik, sebagai berikut:

Kaliber:5,66 mm x 150 mm

Berat senapan tanpa magasen:3,5   kg

Berat dengan magazen kosong:3,60  s.d 4,50 kg

Kapasitas Magasen:26 butir

Panjang senjata


  1)      Popor terentang:641 mm

  2)      Popor tertutup:600 mm





Lebar:40 mm

Tinggi:20 mm

Sistem Penembakan:Manual 1-1 (tahap ini)

Sistem Operated:Gas Operated

Alat bidik:Visir Pejera

Jarak tembak efektif di bawah air


  1)      Kedalaman 5 meter:Capaian tahap 2

  2)      Kedalaman 20 meter:Capaian tahap 2

  3)      Kedalaman 40 meter:Capaian tahap 2

Jarak tembak di udara:± 100 Meter

Cepat tembak (rate of fire):± 600 m/ butir

Kecepatan awal Vo:± 340-365 m/s
Contoh prototipe SSBA (Belum Final)
Hasil akhir tahun 2013 kemarin –> Berdasarkan kegiatan yang dilakukan ini dapat kami sampaikan kesimpulan sebagai berikut:
  1. Kegiatan penelitian pembuatan Senjata Serbu Bawah Air (SSBA), tahap 1 ini sesuai dengan jadwal yang direncanakan, dengan sasaran berupa prototipe senjata bawah air.
  2. Penelitian pembuatan SSBA telah berhasil dilaksanakan dan telah berhasil diuji coba didarat dengan tembakan manual.
Peluru SSBA
Amunis APS atau biasa disebut peluru paku buatan dalam negeri
UJICOBA AMUNISI SENJATA BAWAH AIR JENIS APS
Pada 16 Desember 2008, telah dilakukan uji coba Amunisi Senjata bawah air Jenis APS (Avtomat Podvodnyj Spetsialnyj) hasil penelitian Labinbair Dislitbang TNI AL bekerja sama dengan PT Pindad yang telah dibiayai dari  Program Insentif Terapan  Kementerian Negara Riset dan Teknologi Tahun anggaran 2008. Amunisi ini merupakan jenis amunisi untuk senjata bawah air yang merupakan satu jenis persenjataan Pasukan Khusus TNI AL.

Keterbatasan amunisi yang tersedia di lingkungan TNI AL saat ini serta tugas yang diemban oleh pasukan khusus, merupakan hal yang melatarbelakangi penelitian pembuatan amunisi senjata bawah air jenis APS sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan material dibidang amunisi yang dapat dioperasikan di lapangan. 

Amunisi senjata bawah air kaliber 5,66 mm jenis APS merupakan sarana yang sangat penting bagi TNI AL, khususnya bagi pasukan khusus seperti Pasukan Katak (Paska), untuk meningkatkan kesiapan prajurit dalam operasi seperti infiltrasi, sabotase dan serangan pendadakan melalui bawah air. 

Pengujian di lapangan merupakan tahapan akhir setelah  kegiatan pengujian fisik dan laboratorium yang meliputi : Visual Test, Dimension test, Kekerasan proyektil amunisi kaliber 5,66 mm, Kekerasan kelongsong Amunisi kaliber 5,66 mm dan pengujian laboratorium. 

Pengujian di lapangan untuk Uji coba amunisi ini yang pertama telah dilakukan di PT Pindad, Turen Malang, kedua dilakukan di Pulau Madura dan ketiga di Pulau Untung Jawa yang dihadiri oleh Wakil dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi, PT Pindad (Persero) dan Jajaran Labinbair Dislitbang TNI AL yang diketuai oleh Kolonel Laut  Muharam Ibrahim, ST (Kepala Labinbair ).

Pada uji coba amunisi APS di pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu telah dilakukan penembakan di udara terbuka dengan perkenaan melintang dan di dalam air dengan perkenaan menusuk, serta tembakan sempurna dengan Velocity test (Vo) 370 m/dt lebih bagus dari produksi luar negeri.

Perbedaan peluru paku APS dengan kaliber lainnya
Kegiatan pengujian/ujicoba ini berhasil dengan baik, aman dan lancar baik terhadap personil maupun material peralatan yang digunakan dan waktu sesuai dengan jadwal yang direncanakan. 

Kegiatan ini masih perlu penyempurnaan lanjutan, untuk peningkatan fungsi amunisi APS sehingga betul-betul siap diproduksi dan memenuhi spesifikasi operasional di lingkungan TNI dan siap untuk mendapatkan sertifikasi. Disamping itu tentu diperlukan kajian keekonomiannya. (sugeng-depIV/ humasristek)
Diharapkan hasil kegiatan pembuatan prototype SSBA ini mampu menyediakan senjata perorangan penyelam tempur dengan mempertimbangkan suku cadang material bahan yang mudah diperoleh dan tersedia di dalam negeri. Semoga ditahun ini SSBA sudah bisa diproduksi massal dan melengkapi alutsista pasukan-pasukan khusus kebanggan kita, Amieen… Jaya terus untuk tim Litbang AL dan PT. Pindad….
(Berbagai Sumber)

Jadwal Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2015

 


 Pemerintah telah menyepakati draf Surat Keputusan Bersama (SKB) Libur Nasional dan Cuti Bersama tahun 2015 sebanyak 19 hari. Sebagian besar di antaranya jatuh pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu sehingga akan banyak long weekend dan hari kejepit nasional (harpitnas).
"Total 19 hari yang terdiri atas libur nasional 15 hari dan cuti bersama empat hari," kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono di Jakarta, Rabu (7/5/2014).
SKB tersebut menyatakan, pengaturan cuti bersama dan libur nasional diperlukan untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan hari kerja, hari libur, dan cuti bersama.
"Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi kerja, peningkatan sektor pariwisata dalam negeri, dan kompensasi bagi PNS yang tidak pernah atau kesulitan waktu mengambil cuti," katanya.
Cuti tahunan merupakan hak pegawai yang harus dihargai. Karenanya, untuk kepentingan bersama, perlu diatur oleh pemerintah.
Menurut Agung, banyaknya libur nasional dan cuti bersama tahun 2015 lebih sedikit tiga hari dari libur nasional dan cuti bersama tahun 2014 yang berjumlah 22 hari. Alasannya, mempertimbangkan jumlah total cuti karyawan sebanyak 12 hari.

Berikut adalah hari-hari libur nasional dan cuti bersama dimaksud:

Libur Nasional :
1. Januari :
  • 1 Januari (Kamis) - Tahun Baru 2015
  • 3 Januari (Sabtu) - Maulid Nabi Muhammad SAW
2. 19 Februari (Kamis) - Tahun Baru Imlek 2566 Kongzili
3. 21 Maret (Sabtu) - Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937
4. 3 April (Jumat) - Wafat Yesus Kristus
5. Mei :
  • 1 Mei (Jumat) - Hari Buruh Internasional
  • 14 Mei (Kamis) - Kenaikan Yesus Kristus
  • 16 Mei (Sabtu) - Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW
6. 2 Juni (Selasa) - Hari Raya Waisak 2559
7. 17-18 Juli (Jumat-Sabtu) - Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah
8. 17 Agustus (Senin) - Hari Kemerdekaan RI
9. 24 September (Kamis) - Hari Raya Idul Adha 1436 Hijriah
10. 14 Oktober (Rabu) - Tahun Baru Islam 1437 Hijriah
11. 25 Desember (Jumat) - Hari Raya Natal

Cuti Bersama:

1. 16, 20, dan 21 Juli (Kamis, Senin, Selasa) - Cuti Bersama Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah
2. 24 Desember (Kamis) - Cuti Bersama Hari Raya Natal

Senin, 05 Mei 2014

Sherpa Mogok, Bisnis Pendakian Everest Terancam


http://images.detik.com/content/2014/05/05/4/sherpa1.jpg  
Kerabat Sherpa yang tewas dalam tragedi 18 April lalu tak kuasa menahan kesedihannya. (Foto: Reuters)

Jakarta -Pendaki asal Italia, Claudio Tessarolo, sudah berada di base camp pendakian Gunung Everest selama 10 hari lebih. Tapi kejelasan akan rencananya mendaki gunung tertinggi di dunia itu tak kunjung datang.

Semua bermula sejak terjadinya bencana salju longsor yang menewaskan 13 Sherpa dan tiga hilang di Khumbu Icefall di lereng Everest pada 18 April lalu. Selama berhari-hari sejak bencana itu para pendaki tinggal dalam ketidakpastian. Satu per satu anggota tim Tessarolo pergi.

Pada pekan lalu, Tessarolo dan timnya yang tersisa akhirnya memutuskan untuk pulang. “Untuk pertama kali masyarakat lokal mengambil keputusan mengenai Everest,” katanya kepada CNN, pada pekan lalu.

Secara resmi, Sherpa sebetulnya tak melarang para pendaki naik ke gunung. Tapi tanpa bantuan mereka, pendakian ke Everest tak ubahnya bunuh diri. “Tanpa Sherpa, kami tak bisa mendaki dan tak ada yang bisa kami lakukan lagi,” kata Tessarolo, sambil berkemas-kemas.

Penutupan pendakian Everest sebetulnya bersifat sementara saja. Setelah evakuasi para korban longsoran salju di Para pendaki pun masih punya waktu satu bulan sebelum monsoon tiba.

Tapi banyak Sherpa yang emoh bekerja. Longsoran salju yang menimpa 50 orang dan menewaskan 13 orang dan 3 orang hilang--kebanyakan Sherpa, telah membuat membuat para Sherpa memutuskan mogok memandu para pendaki naik ke atap dunia itu.

Alasan para Sherpa tak mau bekerja bermacam-macam. Ada yang masih berduka lantaran sanak keluarganya termasuk ke dalam korban longsoran. Yang lain memakai alasan religius. Menurut mereka, ada kode spiritual Sherpa yang telah dilanggar sehingga bencana terjadi.

Ada pula Sherpa yang tak mau naik dengan alasan politik. Di antara para Sherpa sebetulnya terbagi ke dalam dua kubu. Kubu pertama adalah Sherpa muda yang bekerja di operator kecil dan kurang bagus dalam pemberian upah dan tunjangan. Kubu kedua adalah Sherpa senior yang bekerja di perusahaan yang lebih baik dengan pendapatan yang lebih tinggi.

Aksi mogok di Everest dimotori para Sherpa muda. Mereka menandatangani 13 poin petisi yang diberikan kepada Kementerian Pariwisata Nepal. Mereka meminta 30 persen dari sekitar US$ 3 juta pendapatan pemerintah Nepal dari bisnis pendakian Everest.

Mereka juga menginginkan nilai pertanggungan terhadap kematian naik dari US$ 10 ribu menjadi US$ 20.000. Tapi pemerintah hanya setuju US$ 15.000. Mereka juga meminta kompensasi yang lebih baik terhadap Sherpa yang terluka di gunung dan pemerintah harus membangun tugu peringatan terhadap para Sherpa yang sudah tewas di gunung itu. Untuk kedua permintaan ini, pemerintah Nepal setuju.

Pendakian Everest adalah ladang rezeki bagi para pelaku bisnis di sekitarnya. Termasuk para Sherpa yang bertindak sebagai pemandu maupun porter bagi para pendaki.

Untuk musim pendakian tahun ini, sudah ada 330 pendaki yang mendapatkan izin mendaki Gunung Everest. Mereka ini setidaknya membutuhkan lebih dari 400 pemandu dan porter.

Pengeluaran para pendaki biasanya antara US$ 40 ribu sampai US$ 90 ribu per orang. Tanpa kegiatan pendakian, maka kecil kemungkinannya duit para pendaki itu berpindah ke tangan para pelaku bisnis pendakian di Everest.

Madhusudan Burlakoti, pejabat senior di Kementerian Pariwisata Nepal, mengatakan sebaiknya musim pendakian tetap dilanjutkan. “Tak ada alasan untuk mengira bahwa situasi masih tak aman karena bencana alam ini, kejadian seperti ini bukan sekali ini terjadi,” katanya. (Deddy Sinaga)